Menurut W. R. van Hoëvell Suanggi adalah roh jahat dalam bentuk seseorang yang memiliki kekuatan gaib untuk menyebabkan penyakit dan penyakit. Suanggi juga merupakan istilah Melayu Maluku untuk penduduk desa yang dicurigai sebagai penyihir kanibal. Tuduhan menjadi seorang Suanggi akan berakibat fatal, bagi mereka yang diduga terbukti menjadi Suanggi akan dibunuh dan mayat mereka akan dibuang ke laut.
Menyusul konflik sektarian tahun 1999-2000 yang terjadi di Tobelo, sebuah kota dan kabupaten di Pulau Halmahera, jiwa perempuan yang jahat yang muncul kemudian di daerah itu diberi nama Suanggi. Semangat termanifestasi pada Februari 2004 dalam bentuk seorang wanita muda, menghantui daerah Tobelo selama sekitar dua bulan. Itu adalah bentuk Suanggi yang tidak konvensional yang diidentifikasi dengan O Tokata, roh jahat lokal. Suanggi tampil sebagai wanita cantik yang memikat pemuda, terutama guru. Ketika pria itu setuju untuk berhubungan seks dengannya, dia akan menyerangnya dan memakan alat kelaminnya. Kehadiran roh menciptakan suasana ketakutan tidak hanya di Tobelo tetapi juga di tempat-tempat lain di Maluku Utara. Orang-orang desa, terutama anak-anak, dilarang pergi ke luar rumah pada malam hari.
Diklaim bahwa Suanggi ini adalah hantu pendendam seorang gadis Muslim yang mencari pembalasan terhadap para penyerangnya. Wanita muda itu adalah putri seorang pemimpin desa Tobelo dan dia telah diperkosa dan dibunuh secara brutal oleh sekelompok pria muda selama kerusuhan 1999–2000 di kota. Setelah kematiannya, keberadaannya tidak diketahui, tetapi enam bulan kemudian lokasi tubuhnya tergeletak di jurang diturunkan ke seorang peramal dalam mimpi. Ketika mayatnya ditemukan di lokasi itu, upacara pemakaman formal dilakukan. Dipercaya bahwa roh gadis ini telah mengambil bentuk dendam yang dimotivasi oleh trauma.
Kemudian pada tahun 2004, selama pemilihan umuml pertama di Indonesia Bagian Timur, seorang petani Kristen setempat mendengar jeritan tangis seorang wanita di dekat perkebunannya. Dia mengklaim bahwa mereka berasal dari arwah haus darah Suanggi "seolah-olah dia menangis menjadi megafon", mirip dengan pengeras suara yang banyak digunakan di Tobelo selama kampanye pemilihan. Tempat di mana tangisan terdengar adalah lokasi yang tepat di mana pembantaian besar terjadi selama kerusuhan 1999-2000 antara orang Kristen dan Muslim di mana lebih dari 800 orang tewas.
Keyakinan Suanggi ada di provinsi tetangga Maluku, Nusa Tenggara Timor. Pada tahun 2010-2011, dua rumah hancur oleh massa di Adonara, Kabupaten Flores Timur, karena para penghuni diduga suanggi. Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timor berencana untuk mengoordinasikan perlombaan untuk suanggi, yaitu terbang sebagai salah satu peristiwa yang terkait dengan Expo Alor 2019
No comments:
Post a Comment